IKLAN

Selasa, 03 Juni 2014

Prestasi Terbaru Dosen ITI dalam Kompetisi Internasional Intel-ISEF 2014 dan Mahasiswa ITI di Level Nasional

Oleh:Adi ST

Alhamdulillah, serangkaian prestasi telah diukir oleh para dosen dan mahasiswa ITI beberapa bulan terakhir ini. Diawali dari Prodi Teknik Arsitektur di mana mahasiswa bimbingan dosen Ir. Handajani, MT pada 6 Maret 2014 lalu berhasil meraih posisi 5 terbaik dalam "Parahyangan Bamboo Nation" Seminar and Workshop Competition yang diadakan oleh Universitas Parahyangan di Bandung, Jawa Barat. 

Prestasi tersebut kemudian disusul oleh para mahasiswa Prodi Teknik Elektro, yakni Afif Putra Grahaditya, Rizalul Arifin, Ilham Akbar yang meraih juara II dalam Lomba Inovasi Teknologi Tepat Guna Tingkat Kotamadya Tangerang Selatan, serta Novryan Reza P dan Samahudin yang meraih juara III dalam lomba yang sama. Mereka masih harus bertarung lagi di level Provinsi Banten sebelum bisa mewakili Banten di tingkat nasional. Many thanks kepada para dosen Ir. Rivira Yuana, MT, Dr. Ir. Tris Dewi Indraswati, dan Ir. Saharudin, M.Eng.Sc yang telah membimbing mereka.

Dan yang lebih membanggakan civitas akademika ITI lagi, dua orang dosennya yakni Dr. rer nat Abu Amar (Prodi Teknologi Pertanian) dan Dr. Ir. Dwita Suastianti (Prodi Teknik Mesin) masing-masing sebagai Manager Tim/Pendamping dan Pembimbing para pelajar Indonesia dalam kompetisi peneliti muda pra-perguruan tinggi tingkat internasional tahun 2014 baru-baru ini di Amerika Serikat (Intel-International Science Engineering Fair/Intel-ISEF). Seperti diberitakan di dalam website Kemendikbud, bahwa para pelajar Indonesia meraih juara III (Grand Award for 3rd Place) dan penghargaan khusus (Special Award) dengan hadiah uang 10 ribu dolar Amerika dari US Global Development Lab. USAID.


Dalam kompetisi Intel-ISEF tersebut, Indonesia diwakili oleh Muhtaza Aziziya Syafiq (16) dan Anjani Rahma Putri (17) dari SMA Negeri 2 Sekayu, Banyuasin, Sumatera Selatan. Mereka menulis sebuah karya penelitian berjudul Green Refrigerant Box, yakni kulkas tanpa freon dan listrik. Mereka menceritakan bahwa di daerahnya listrik terbatas, sementara potensi sayur dan buah-buahannya cukup bagus. Dari situlah kemudian freon diganti dengan etanol yang mudah didapat oleh masyarakat. Kulkas buatan mereka mampu menurunkan suhu dari 28 derajat Celcius ke 5,5 derajat Celcius. Penelitian ini dilakukan selama setahun di laboratorium sekolah mereka.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar